PAUD BINA MAHARDIKA

Mencetak Generasi Mandiri, Terampil berbekal IPTEK berlandaskan IMTAQ

Tips Biar Si Kecil Pandai Bicara


(Metode Berpidato Anak, Agar Anak Cepat Bicara, Latihan Bicara Anak, Pandai Ngomong, Parenting Tips, Mendidik Anak)

Melatih anak untuk pandai berbicara sangat penting. Selain untuk mencegah terlambatnya kemampuan anak dalam bicara, tentu saja akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi orang tua bila memiliki anak yang terlihat cerdas saat berbicara. Semakin cepat anak bisa berbicara, maka akan semakin cepat pula perkembangan otak anak. Karena biasanya anak yang sudah mulai banyak bicara, akan banyak bertanya. Dan pada saat kita banyak menjawab pulalah maka perkembangan otak anak akan terstimulasi dan anak pun menjadi kaya akan banyak pengetahuan baru. Bagaimana agar si kecil pandai dalam berbicara?

1.      Sering “Berbasa-basi” pada anak
Bagi kita, mungkin berbasa-basi adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Namun bagi seorang anak, hal ini sangatlah penting. Mengapa? Karena beberapa topic pembicaraan yang bagi kita tidak penting, bagi seorang anak tentu akan menjadi sangat penting. Karena kadang dari hal-hal yang menurut kita nggak penting bisa menjadi hal yang luar biasa bagi seorang anak. Jadi di sini kita harus pandai juga dalam memahami kebutuhan seorang anak. Misalnya pada saat si kecil baru saja terbangung dari tidurnya di pagi hari, mungkin kita bisa mengatakan,”Selamat pagi… Wah… Jagoanku udah bangun neh… Tempat tidurnya sudah rapi belum ya? Lekas mandi ya… Kalau mandi yang bersih ya… “

2.      Menjawab pertanyaan anak dengan penjelasan
Hal inii juga sangat penting. Layaknya seorang anak meminta sepotong roti tawar pada ayahnya, tapi sang ayah memberikan sepotong roti tawar plus dua potong roti isi sosis dan keju. Misalnya, pada saat kita berjalan di kebun binatang dengan si kecil, dan dia bertanya”Ma… Itu apa?” Jangan Cuma menjawab,”Gajah”, tapi alangkah lebih baik bila kita menjawab,”Itu adalah gajah. Gajah suka makan kelapa lho… . Dia punya gading yang indah dan kuat. Lihat tuh… Belalainya panjang dan punya gading yang indah.”

3.      Menjadi pendengar yang baik
Menjadi pendengar yang baik adalah hal yang penting juga, karena hal ini tidak hanya bermanfaat agar anak bisa lebih terbuka dengan kita kelak pada saat dia menginjak tahap usia yang lebih dewasa, namun juga melatih anak untuk bisa bebas mengekspresikan diri. Saat sang buah hati mulai “cerewet”, alangkah lebih baik bagi kita untuk menjadi pendengar yang baik, dan berbicara seperlunya saja. Kita jangan bersikap cuek, melainkan tetap berusaha memperhatikan atau mendengarkannya, meskipun kita merasa apa yang dikatakannya “gak penting banget….”

4.      Mendongengkan dan bernyanyi buat anak
Aktivitas mendongeng dan benyanyi memang kaya akan berjuta manfaat. Tidak hanya memberikan hiburan, namun juga menambah wawasan anak, melatih kecerdasa, namun juga memperkaya kosa kata baru bagi anak. Bila anak kaya akan kosa kata, maka akan lebih mudah untuk menyusunnya menjadi sebuah kalimat.

5.      Jangan memarahi Saat Anak mengatakan hal yang “Tidak Sopan”.
“Tidak sopan” di sini bisa berupa kata-kata kotor, kata-kata yang kasar, atau kata-kata lain yang tidak pantas diucapkan oleh seorang anak. Bila anak mengatakan hal yang kurang pantas, sebaiknya kita jangan memarahi, apalagi dengan membentaknya. Tapi berusahalah untuk tetap tenang, dengan mengatakan bahwa kata-kata itu tidak sopan dan meminta tidak mengulangi kata-kata tersebut kembali. Bila perlu kita menanyakan dari mana si kecil mendapatkan kata-kata itu, bila kata-kata itu didapatkan dari sebuah acara di TV, maka sebaiknya kita ikut mendampingi saat anak menonton TV.



6.      Banyak Bertanya
Untuk hal-hal yang buah hati kita tidak tahu, mungkin kita akan lebih banyak menjelaskan, namun untuk hal-hal yang buah hati kita sudah banyak tahu, akan lebih baik bila kita banyak bertanya. Misalnya setelah sang anak nonton suatu acara TV. Cobalah bertanya,”Bagus tidak ceritanya? Siapa aja pemainnya? Gimana akhir ceritanya”. Hal ini akan sangat bermanfaat agar anak bisa lebih terbuka pada kita di kemudian hari dan melatih kemampuan anak untuk mendeskripsikan sesuatu.

7.      Media permainan
Media permainan biasanya diperlukan agar sang buah hati bisa belajar sambil bermain. Media permainan sangat beragam. Bisa berupa buku cerita bergambar, kartu bergambar, mainan miniature, dan lain-lain. Sebagai contoh untuk buku bergambar. Marilah kita damping sang buah hati saat membaca buku bergambar tersebut, sehingga kita bisa menjelaskan semua gambar yang ada di dalam buku tersebut.

8.      Tidak banyak melarang
Bila kita ingin sang buah hati lebih pintar berekspresi, sebaiknya kita tidak melarangnya. Larangan-larangan yang biasa kita lakukan sebaiknya diubah menjadi sebuah penjelasan yang memiliki makna sebab akibat. Misalnya, bila si kecil bermain gunting. Kita berikan penjelasan pada si kecil, “Nak… Gunting itu buat memotong kertas atau kain. Bukan buat mainan. Kalau buat mainan berbahaya. Nanti jarimu bisa terluka.” Seorang anak adalah pribadi yang selalu ingin tahu. Jangan sampai dari hal-hal yang sepele tersebut, si kecil menjadi kurang bisa terbuka dengan kita, karena kita terlalu banyak melarang tanpa si kecil tahu sebabnya. Jangan lupa untuk mengatakan hal itu dengan halus dan penuh kasih sayang.

9.      Mengikutkan lomba-lomba dan aktivitas sosial lainnya
Aktivitas sosial dan lomba sangat penting buat anak, yaitu agar si kecil semakin mengenal “dunia luar”. Semakin banyak aktivitas yang diikuti, maka anak akan semakin mendapatkan banyak teman dan pengetahuan baru atau semakin banya teman yang di dapat, semakin banyak pula pengetahuan baru yang didapatkan.Hal ini juga untuk membiasakan anak agar terbiasa tampil di depan umum atau orang-orang baru.
Nah... Demikian tips-tips dari saya. Semoga bermanfaat. Bila buah hati kita sudah pandai berbicara dan berekspresi, kita sendirilah yang akan merasakan manfaatnya.



Karya Kak Zepe, lagu2anak.blogspot.com

Mengatasi Perasaan Cemas Pada Anak


Kecemasan bisa dialami setiap orang. Biasanya perasaan ini muncul pada saat seseorang hendak menghadapi hal-hal yang penting, hal-hal yang menentukan, hal-hal yang menakutkan, dan lain-lain. Perasaan ini menimbulkan ketegangan. Perasaan ini juga sering muncul di hati anak-anak. Sebagai pribadi yang masih labil, tentu anak-anak tidak bisa mengatasi masalah ini sendiri. Kita sebagai orang tua akan lebih baik bila mengetahui beberapa hal yang bisa kita lakukan agar anak tidak cepat cemas dan bisa mengontrol perasaannya.

1.      Menjadi Pendengar Yang Baik
Kadang seorang anak menjadi cemas dikarenakan ada hal-hal yang tidak bisa dihadapi atau diatasi sendiri. Sebagai orang tua, kita harus memahami apa yang dirasakan oleh buat hati kita. Tidak sulit untuk menerka kapan anak-anak mengalami kecemasan. Biasanya nafas mereka tidak beraturan dan banyak bergerak. Cobalah untuk menanyakan apa alasan mereka merasa cemas dengan menanyai mereka. Hal yang terpenting pada saat kita menanyai mereka adalah bersikap tenang. Jangan sampai kecemasan yang dialami oleh buat hati kita menular pada diri kita.

2.      Memberikan sentuhan
Berikan sentuhan kepada si buah hati di kepala atau di bahu, agar anak bisa merasa lebih tenang, terutama pada saat kita ingin menanyakan hal yang menyebabkan kecemasan mereka.

3.       Hindari Bentakan
Selain tetap bersikap tenang, hindarilah kata-kata yang bernada tinggi atau membentak. Hal ini sangat perlu agar buah hati kita bisa merasa lebih tenang. Bila hati anak tenang, biasanya meraka akan bisa lebih terbuka dalam menceritakan sebab-sebab kecemasan mereka.

4.      Membantu Anak Mengatasi Masalahnya
Membantu mengatasi anak buka berarti kita harus membantu secara total masalah yang dihadapi oleh sang buah hati. Namun berjalanlah bersama anak dalam menyelesaikan masalah yang dia hadapi. Yang terpenting di sini adalah jangan sampai anak merasa sendiri dalam menghadapi masalah yang sedang dia alami. Namun yang tidak kalah penting lagi, jangan sampai kita terlalu melindungi, karena bisa membuat anak menjadi kurang mandiri dan manja.

5.      Menjelaskan Arti Rasa Cemas
Untuk anak yang belum dewasa, perasaan cemas bisa menjadi sesuatu hal yang menakutkan. Bisa jadi buah hati kita tidak tahu arti rasa cemas dan mengapa bisa terjadi pada buah hati kita. Kita perlu menjelaskan arti kecemasan dan beri pengerti bahwa rasa cemas bisa terjadi pada setiap orang. Kita juga perlu memberikan solusi untuk menghadapi rasa cemas tersebut, misalnya dengan mengatur nafas, berpikir positif, dan melawan rasa takut.

6.      Memberikan hiburan
Seorang anak akan lebih mudah mengalami rasa cemas, namun bila kita bisa membantu dalam mengatasi kecemasan tersebut, maka anak pun akan lebih cepat kembali normal. Agar anak bisa melupakan masalah yang membuatnya cemas, kita bisa memberikan hiburan dengan mengajak liburan, bermain bersama, jalan-jalan ke mall, atau dengan melakukan aktivitas lain yang disukai oleh sang buah hati. Akan lebih baik bila kita mengajak anak ke tempat terbuka, misalnya di taman, puncak, pantai, dll, agar anak bisa dengan bebas bermain, berteriak, dan menghirup udara segar.
Sumber : Kak Zepe blogspot.com

Cara Sehat Mencerdaskan Anak


Cara Sehat Mencerdaskan Anak (Metode Mengasuh / Mendidik Anak)
Memiliki anak yang cerdas tentu merupakan sebuah hal yang membanggakan bagi kita, orang tua. Banyak orang tua menggunakan berbagai cara agar buah hatinya menjadi anak yang cerdas. Orang tua juga lebih sering menilai kecerdasan anak dari nilai yang tertulis di raport. Maka banyak orang tua yang mengikutkan anak dengan berbagai macam bimbingan belajar agar anak bisa mendapatkan nilai yang baik pada berbagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Cara tersebut memang tidak salah, namuan bila anak terlalu banyak dibebani oleh berbagai macam bimbingan belajar tentu bisa membuat anak menjadi stress atau menjadi malas kalau belajar di sekolah.
Saya akan memberikan beberapa cara yang sehat agar anak bisa tumbuh menjadi anak yang cerdas. Cara-cara tersebut antara lain:

1.      Memberikan anak permainan edukatif
Permainan yang edukatif biasanya akan mengajak anak untuk berpikir. Permainan-permaian ini bisa ditemukan pada permainan yang edukatif, misalnya teka-teki silang, puzzle, catur, dan masih banyak lagi. Bahkan sekarang kita bisa menemukan banyak permainan yang bisa dimainkan dengan media computer dan bisa didapatkan di toko-toko software computer atau toko-toko buku. Permainan-permainan tersebut bisa melatih anak dalam hal “problem solving” dan meningkatkan daya kreativitas anak.

2.      Bermain musik dan Bernyanyi
Selain menyenangkan untuk dilakukan, bermain musik juga sangat bermanfaat bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Pertumbuhan seorang anak tidak hanya pertumbuhan yang terlihat dari luar saja (pertumbuhan fisik/tubuh), namun juga pertumbuhan organ-organ tubuh bagian dalam. Salah satu dari bagian tubuh bagian dalam adalah otak, terutama otak kanan. Saat bermain musik, otak kanan bekerja lebih aktif disbanding otak kiri. Seperti otot-otot kita bila digunakan untuk mengangkat beban berat, maka lama-lama otot-otot kita tersebut akan tumbuh membesar. Demikian juga dengan otak kita, apalagi otak seorang anak. Dengan memperkerjakan otak kanan saat bermain music, maka anak secara tidak langsung akan menumbuhkan volume dan kekuatan otak kanannya.

3.      Gizi yang baik sejak bayi
Empat sehat lima sempurna adalah gizi yang baik buat buah hati kita. Sayur-sayuran, buah-buahan, lauk ikan, daging, nasi, dan ASI adalah makanan yang wajib diberikan pada sang buah hati. Menurut penelitian, anak yang sejak bayi sudah diberikan ASI akan lebih cerdas bila dibandingkan dengan anak yang mengonsumsi susu kaleng (susu instant). Maka ASI sangatlah penting sebagai penunjang pertumbuhan bayi (terutama otak), selain karena kelamiannya ASI juga tidak mengandung zat-zat kimia yang ada di dalam susu instant.

4.      Membiasakan berolahraga
Kegiatan olah raga tidak hanya penting bagi orang dewasa, namun juga anak-anak. Setelah kita berolahraga, kita bisa merasakan kesegaran pada tubuh kita. Itulah mengapa olahraga sangat penting buat anak-anak. Selain menjadi sarana mendapatkan kebugaran tubuh, olah raga juga bisa menjadi sarana hiburan buat sang buah hati. Marilah kita ajak buah hati kita untuk berolahraga sesuai dengan bakat dan minat anak. Siapa tahu buah hati kita akan menjadi olahragawan professional.

5.      Mencegah konsumsi makanan siap saji dan makanan bervetsin
Makanan siap saji, seperti KFC, MacD, dan lain-lain serta makanan bervetsin, wajib dihindari, terutama pada saat buah hati kita menginjak usia satu sampai dua tahun. Gantilah dengan makanan yang alami dan bergizi tinggi.



6.      Budayakan membaca
Membaca adalah cara klasik yang bisa kita pakai dalam mendidik anak. Agar buah hati kita menjadi anak yang gemar membaca, kita sebagai orang tua harus bisa memberikan stimulasi agar anak gemar membaca. Misalnya dengan cara mendongengkan anak, membuatkan perpustakaan di rumah, membaca buku bersama anak, sering mengajak anak pergi ke perpustakaan atau toko buku, dan masih banyak cara yang lain. Dengan gemar membaca maka kecerdasan kognitif anak pun akan berkembang dengan baik.

7.      Sosialisasi
Selain dari buku, dari diri kita sebagai orang tua, dan dari berbagai media yang bisa kita gunakan, pengetahuan anak juga bisa didapatkan dari orang lain. Itulah arti penting dari bersosialisasi. Dengan bersosialisasi maka anak pun akan semakin banyak mendapatkan teman. Semakin banyak orang atau anak yang dia kenal, maka anak pun akan semakin banyak mendapatkan pengetahuan dari berbagi macam orang. Selain itu, bila anak memiliki ketrampilan bersosialisasi yang baik, maka anak pun akan semakin tumbuh menjadi anak yang percaya diri. Percaya diri adalah salah satu kunci kesuksesan.


Karya Kak Zepe, lagu2anak.blogspot.com

Visi & Misi PAUD


Visi
  • Terwujudnya anak usia dini yang cerdas, sehat, ceria dan berakhlak mulia serta memiliki kesiapan baik fisik maupun mental dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.


Misi
1.      Meningkatkan perluasan dan pemerataan akses layanan PAUD melalui pnyelenggaraan PAUD yang mudah dan murah, tetapi bermutu.
2.      Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan partisipasi aktif masyarakat dalam memberikan layanan PAUD.
3.      Memberikan layanan yang prima (efektif, efisien, akuntabel, transparan) kepada masyarakat di bidang PAUD.


TIGA PILAR KEBIJAKAN PAUD

  1. Perluasan dan pemerataan akses layanan PAUD kepada semua anak antara lain melalui:
·        Pemberdayaan semua potensi yg ada di masyarakat;
·        Keberpihakan kpd anak-anak yg kurang beruntung

  1. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing antara lain dg cara :
·        Mengupayakan PAUD yg murah dan mudah, tetapi bermutu.

  1. Penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan pendidikan (PAUD) antara lain dengan cara meningkatkan :
·        Keterbukaan, kemudahan dan fleksibilitas di bidang layanan PAUD kepada masyarakat.

Fungsi dan Tujuan PAUD


Pendidikan anak usia dini memiliki fungsi utama mengembangkan semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan emosional. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara perkembangan yang dialami anak pada usia dini dengan  keberhasilan mereka dalam kehidupan selanjutnya. Misalnya, anak-anak yang hidup dalam lingkungan (baik di  rumah maupun di KB atau TK) yang kaya interaksi dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar akan terbiasa mendengarkan dan mengucapkan kata-kata dengan benar, sehingga ketika mereka masuk sekolah, mereka sudah mempunyai modal untuk membaca.

Sehubungan dengan fungsi-fungsi yang telah dipaparkan tersebut, maka tujuan pendidikan anak usia dini dapat dirumuskan sebagai berikut.
  1. Memberikan pengasuhan dan pembimbingan yang memungkinkan anak usia dini tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia dan potensinya.
  2. Mengidentifikasi penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga jika terjadi penyimpangan, dapat dilakukan intervensi dini.
  3. Menyediakan pengalaman yang beranekaragam dan mengasyikkan bagi anak usia dini, yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi dalam berbagai bidang, sehingga siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang sekolah dasar (SD).

Pendidikan Anak Usia Dini Penting


JUBI – Pendidikan bagi anak usia dini sangat penting , karena saat itu dimulainya pembentukan mental dan karakter semasa kecil atau pada usia 0-5 tahun sebelum masuk sekolah pada tingkat pertama di sekolah dasar (SD). “Ini yang disebut masa masa emas pada si anak,” ujar Grace Ursia kepada Jubi belum lama ini di ruang kerjanya.

Menurut Grace melalui pendidikan pra sekolah ini, selain mental, seoarang anak dipersiapkan secara matang untuk bersaing, mempunyai ketrampilan tersendiri, menjadi seorang pemipin yang handal, dan berani tampil ditengah-tengah masyarakat.

Lebih lanjut jelas Grace bahwa latar belakang pelasaksanaan pengembangan pendidikan pra sekolah terdiri dari empat hal yaitu :
  • Setiap anak mempunyai hak untuk hidup dan berkembang, pemberian imunisasi, ASI, Gizi, Kesehatan, dan Monitoring pertumbuhan.
  • Hak Tumbuh kembang, Potensi masa Anak, Masa pertumbuhan, Usia Emas Golden Age : 0-5 tahun Simulasi Potensi Anak.
  • Hak Perlindungan, melindungi anak dari tindak kekerasan secara fisik, non fisik, diskriminasi dan eksploitasi, dan jaminan akte kelahiran.
  • Hak partisipasi, menjamin peran serta dan menghargai pendapat anak sesuai usia dan tingkat psikologisnya.

Bertolak dari empat hal diatas, maka menurut Grace ADP Port Numbay berusaha untuk melakukan pendidikan pra sekolah dengan nama program Wahana Pena Emas disosialisasikan kepada masyarakat sekitar tahun 2001.

“Wahana pena emas ini dilakukan bagi anak usia 0-5 tahun dan 5 -10 tahun. Di dalam program pena emas ini ada berbagai program yang dilakukan. Jadi bukan hanya pendidikan saja, karena lima tahun pertama kehidupan anak merupakan periode yang paling penting, “ujar Grace seraya menambahkan pada periode yang disebut “usia emas anak” atau “the golden age”, inilah tahun formatif untuk pembentukan untuk menentukan proses pembentukan pertumbuhan fisik dan perkembangan potensi anak, yaitu perkembangan motorik (pembentukan keterampilan anak), mental dan panca indera, afeksi dan pengembangan daya pikir anak.

Selain itu lanjut dia anak mendapat jaminan yang memadai akan gizi/nutrisi, kesehatan untuk pertumbuhan dan pembentukan fisik, jika organ tubuh ini tidak dilakukan dengan baik maka anak mengalami “cacat permanen” atau cacat pengembangan potensinya.

Lebih lanjut kata Grace bukan hanya segi pendidikan dari anak saja yang diperhatikan tetapi segi kesehatan dan ekonomi kerakyatan dari masyarakat itu juga diperhatikan bersamaan dengan program pena emas ini. “Masyarakat yang menerima program pena emas ini. Kami berusaha untuk membentuk suatu Kelompok Studi Masyarakat (KSM)/ Kelompok Swadaya Anak (KSA), di beberapa distrik yang ada di Kota Jayapura. Selain itu kami berusaha untuk meminta kesepakatan dari masyarakat untuk bisa memberikan tanah bagi kami dengan memberikan perjanjian tanah selama lima belas tahun, untuk bisa ada pembangunan gedung KSM/KSA,” ujar Grace.

KSA program yang dibentuk berupa materi-materi yang dibagi dalam dua kelas yaitu kelas A dan B. “Untuk Materi kelas A : usia 3-4 tahun, materinya adalah melatih keselarasan motorik, penguatan percaya diri, pengembangan afeksi dan komunikasi aktif. Materi kelas B : Usia 4-5 tahun, materi yang diberikan adalah melatih ketrampilan berpikir, antara lain : menjodohkan, mengkasifikasikasifikasi, memahami hubungan, memahami pola, memecahkan pola, pengembangan bahasa lisa, persiapan membaca dan menulis, persiapan menghitung dan menjumlahkan. selain itu dalam KSA ini ada penambahan satu program yang dilakukan pada usia 5-10 tahun, denga materi yang diberikan yaitu : pengembangan keterampilan anak, penguatan daya pikir dan pemecahan masalah.

Hingga saat ini, di Jayapura ada sekitar 37 KSM yang berangotakan 1701 Kelompok Kerja (KK), yang sudah tersebar.

Sementara itu pakar pendidikan dari FKIP Uncen, Dr. Leonard Sagisolo, M.Pd ketika ditemui Jubi ruang kerjanya Senin (1/10), mengatakan pendidikan pra sekolah atau yang bisanya di sebut Pendidikan anak Usia Dini (PAUD), sangat penting walaupun bersifat di luar sekolah, karena secara tidak langsung sudah membentuk moral anak, daya pikir anak (kognitif), dan ketrampilan anak (psikomotor), ini mempunyai dampak yang baik bagi anak tersebut.
Ketika anak tersebut dibentuk secara bertahap dari pendidikan prasekolah selain TK mau pun Play Group atau kelompok bermain ini maka secara berurutan dan kedepan nanti anak tersebut akan mempunyai kreatifitas, ketrampilan dan kemampuan yang baik ketika berada pada pendidikan formal SD sampai pada perguruan tinggi. Hal ini sangat menolong anak-anak untuk bertumbuh dan berkembang dengan baik, dan menolong masyarakat yang kurang mampu serta masyarakat dan anak-anak yang orang tuanya jarang berada di rumah karena pekerjaan mereka yang banyak.

“Namun yang perlu diperhatikan oleh para pengasuh anak, yang melayani dan mendidik anak tersebut harus memiliki kesabaran, kelemah lembutan, dan kemauan untuk membentuk anak tersebut, kalau tidak maka mental anak tersebut akan terganggu,” ujar Sagisolo.
Selain itu, Yudith Manai, salah satu pengurus (Staf Seksi Anak) Pada Kelompok Studi Masyarakat (KSM) Cendrerawasih, yang beralamat di Jln Aru Kompleks PLN Abepura, mengatakan sebelum KSM Cenderawasih berdiri sendiri, mereka masih bergabung dengan KSM Merpati di Kompleks Gereja Harapan Abepura. Bangunan KSM Cenderawasih baru dibangun sejak bulan Mei 2007 dan selesai pada akhir bulan Juli 2007. Tapi belum diresmikan, karena fasilitas yang akan digunakan dalam KSM seperti Komputer, Meja dan Alat Tulis dan Buku belum ada.

“Yang baru ada itu kursi, jumlahnya ada dua puluh dua kursi. Selain fasilitas ini, kami belum ada taman bacaan, rencana akan kami buat taman bacaan di sekitar halaman gedung ini. Saat ini jumlah murid di KSM Cenderwasih sebanyak 184 murid,” ujar Yudith Manai.
Lebih lanjut kata Yudith meski belum diresmikan gedung yang sudah dibangun ini dengan fasilitas yang minim tetapi program tetap berjalan sesuai dengan materi yang di berikan oleh Yayasan Wahanan Visi Indonesia (WVI) seperti Play Group dan Ibadah setiap dua minggu sekali dalam satu bulan untuk anak-anak usia 3-10 tahun.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa KSM Merpati Bergabung dengan KSM Cenderawasih untuk melakukan ibadah di gedung KSM Cenderawasih. “Kegitan pembuatan bak air minum bagi anak yang membutuhkan bak air minum dirumahnya kami lakukan setiap ada permintaan dari si anak. Pembuatan kartu natal, les tambahan materi komputer dan pembuatan kartu natal di komputer yang dilakukan setiap sore hari tergantung jam sekolah dari anak tersebut,” ujar Yudith.
Sedangkan anak usia 0-1 tahun yang termasuk dalam Kelompok Swadaya Anak (KSA), program yang sudah dilakukan oleh KSM Cenderawasih antara lain Penguatan Gizi anak yang di dalamnya pemberian makanan bergizi, Pemberian Imunisasi dan campak serta Pengobatan telinga, biasanya dilakukan dalam tiga bulan sekali oleh Puskesmas karena WVI sudah bekerja sama dengan mereka. “Ini semua dilakukan secara gratis. Selain itu kami juga mendapat bantuan berupa mesin parut yang kami gunakan mencari modal untuk memenuhi kebutuhan dalam dalam KSM in,” ujar Yudith dengan serius.
(Musa Abubar)

Pendidikan Anak Usia Dini


Indonesia pada tahun 1990, telah menandatangani sebuah Deklarasi Dunia tentang Pendidikan Untuk Semua (Education for All Declaration) pada konferensi UNESCO, di Thailand. Deklarasi ini menjadi komitmen bersama, untuk menyediakan pendidikan dasar yang bermutu dan non diskriminatif, di masing-masing negara. Realisasi deklarasi tersebut juga sekaligus merupakan upaya untuk memenuhi Hak Pendidikan (sesuai pasal 26 Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia/DUHAM, bahwa “Setiap orang berhak memeproleh pendidikan. Pendidikan harus Cuma-Cuma, setidak-tidaknya untuk tingkat sekolah rendah dan pendidikan dasar.Pendidikan dasar diperlukan untuk menjaga perdamaian.”)

Pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan sebuah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menjamin hak atas “pendidikan dasar” bagi warga negara berusia tujuh hingga lima belas tahun. Namun, pendidikan untuk anak yang berusia dibawah tujuh tahun tidak dimasukkan sebagai pendidikan dasar.

Padahal, istilah pendidikan dasar seharusnya mulai berlaku mulai anak berusia 0-18 tahun. Hal ini sesuai dengan usia golden age atau keemasan anak, yaitu usia 0-9 tahun. Sedangkan menurut Konvensi Anak, yang disebut anak yaitu yang berusia 0-18 tahun. Jadi seharusnya UU mengenai Sistem Pendidikan Nasional tersebut mengakomodir usia anak dari umur 0-18 tahun tersebut.

Salah satu pemenuhan hak pendidikan sejak dini pada usia 3-5 tahun yang kemudian dilakukan masyarakat dan pemerintah yaitu program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Didalam pelaksanaannya, setiap kelurahan yang ada di Indonesia didorong untuk memiliki minimal satu PAUD. PAUD merupakan alternatif pemenuhan hak pendidikan selain Taman Kanak-Kanak (TK) atau Taman Pendidikan Alqur’an (TPA).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2005, PAUD termasuk dalam jenis pendidikan Non Formal. Pendidikan Non Formal selain PAUD yaitu Tempat Penitipan Anak (TPA), Play Group dan PAUD Sejenis. PAUD sejenis artinya PAUD yang diselenggarakan bersama dengan program Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu untuk kesehatan ibu dan anak). Sedangkan pada Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), PAUD dimasukkan kedalam program Pendidikan Luar Sekolah (PLS).

Pada penyelenggaraan PAUD, jenis pendidikan ini tidak menggunakan kurikulum baku dari Depdiknas, melainkan menggunakan rencana pengajaran yang disebut Menu Besar. Menu Besar ini mencakup pendidikan moral dan nilai keagamaan, fisik/motorik, bahasa, sosial-emosional dan seni. Panduan dalam Menu Besar ini akan dikembangkan oleh tiap PAUD, berdasarkan kebutuhan dan kemampuan masing-masing PAUD.

Selain tidak menggunakan kurikulum baku, PAUD juga ditujukan untuk kalangan ekonomi miskin. Karena biasanya PAUD tidak menarik iuran sekolah atau menarik iuran dengan jumlah yang sangat kecil. Hal ini untuk memenuhi hak pendidikan anak, mendapatkan pendidikan dasar secara cuma-cuma (Pasal 31 Konvensi Hak Anak).

Namun di beberapa PAUD, setelah berjalan dengan tidak adanya penarikan biaya, dikarenakan biaya operasional biasanya merupakan sumbangan dari berbagai pihak di masyarakat, ternyata mengalami beberapa kendala. Misalnya sumbangan yang didapat hanya dapat memenuhi bahan belajar murid, namun hal lain seperti honor para pendidik tidak dapat terpenuhi. Padahal, para pengajar PAUD seringkali memerlukan uang transport untuk menjangkau PAUD yang dibina. Selain itu, para orangtua murid juga meminta adanya rekreasi bersama atau pemakaian baju seragam. Dan untuk kebutuhan seperti ini, PAUD seringkali tidak memiliki dana. Kemudian, beberapa PAUD akhirnya menarik iuran sekolah. Tentunya iuran ini tidak bisa besar jumlahnya, karena para murid PAUD berasal dari keluarga miskin. Rata-rata mereka mengeluarkan sekitar 1000 perhari (dengan jam belajar hanya 2-3 kali seminggu) atau 10.000 per bulan.

Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional terutama Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah (PLS), sebetulnya sudah menyediakan dana untuk operasional PAUD. Namun dana yang ada ternyata tidak mencukupi kebutuhan operasional seluruh PAUD. Akhirnya dilakukan secara bergilir, pengguliran dana tersebut, dengan cara mengajukan proposal.
Dari masalah pembiayaan yang terjadi di PAUD tersebut, apabila berdasarkan DUHAM Pasal 26 tadi, maka akan terjadi kontradiksi. Pemenuhan hak pendidikan seharusnya gratis, namun kenyataannya belum bisa gratis. Bahwa untuk memenuhi hak pendidikan secara penuh, ternyata masih diperlukan biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat. Sebetulnya, masalah seperti itu tidak harus terjadi jika pemerintah melakukan upaya-upaya pemenuhan hak pendidikan dengan maksimal.

Pertama, pemerintah seharusnya memasukkan PAUD berusia dibawah 7 tahun sebagai suatu pendidikan dasar, yang harus dipenuhi pada warganegaranya, sehingga PAUD menjadi salah satu prioritas pemenuhan pendidikan dasar sesuai UU yang berlaku. Kedua, anggaran pendidikan tersendiri, tidak disatukan dengan anggaran kesehatan dan jumlahnya seharusnya terbesar dari pengeluaran negara lainnya didalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Ketiga, dialokasikannya anggaran pendidikan yang terbesar jumlahnya dari pengeluaran daerah lainnya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Keempat, pengumpulan dana pajak atau retribusi dari perusahaan-perusahaan yang berada di wilayah PAUD, yang dilakukan oleh pemerintah setempat misalnya tiap kelurahan atau desa, yang dipergunakan terutama untuk pembiayaan pendidikan dasar, baik PAUD, TK, TPA, SD, MI sampai tinkat SMP. Dan yang terakhir, pengumpulan dana swadaya masyarakat, baik dilakukan oleh LSM atau masyarakat sendiri, terutama di tujukan untuk pemenuhan pendidikan bagi warganya sendiri.

Dengan adanya kerjasama, peran serta dan kejujuran semua pihak, untuk mencerdaskan bangsa, terutama anak-anak, maka hak pendidikan tingkat dasar dapat dipenuhi secara maksimal. Kita pun dapat melihat anak-anak, dari keluarga manapun, terutama keluarga miskin, terpenuhi hak pendidikannya. Pada tingkat selanjutnya, pendidikan yang berkualitas kemudian dapat menjadi rencana bersama, setelah hak pendidikan tingkat dasar tersebut terpenuhi.

PAUD, Jembatan Keunikan Anak


TINGKAT kesadaran masyarakat untuk memberikan pendidikan pada anak usia dini sudah semakin membaik. Hal itu sejalan dengan gerakan pendidikan anak usia dini (PAUD) yang digalakkan pemerintah. Hanya kesadaran tersebut belum diimbangi dengan ketersediaan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) yang memenuhi syarat.
Ketua Himpunan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) Jabar, Anna Anggraeni mengatakan, hal itu terjadi karena adanya persepsi dan cara pandang yang salah dari masyarakat. Mencampuradukkan pendidikan dengan nilai bisnis. Menganggap PAUD menjadi lahan peluang untuk mencari uang.

Yang paling fatal, bila latar belakang pendidik tidak memahami kurikulum tumbuh kembang anak, keunikan anak dan perkembangan inovasi model pembelajaran. Padahal, PAUD merupakan fasilitator yang menjembatani keunikan setiap anak. Anak dalam satu kesempatan bisa mendapat multikecerdasan.

Menyadari segala keterbatasan tersebut, Himpaudi selaku organisasi profesi yang beranggotan pendidik dan tenaga kependidikan PAUD sudah membentuk pengurus mulai dari tingkat wilayah, kab./kota, dan ranting beberapa kecamatan yang satu sama lain saling berhubungan secara sinergis.

Hal itu bertujuan untuk peningkatan mutu pendidik dan saling melengkapi. Sesuai visi Himpaudi tahun 2015 menjadikan pendidik yang profesional, tangguh, berakhlak mulia, dan disyaratkan berlatar belakang S-1.

Sementara untuk percepatan sosialisasi dan peningkatan mutu pendidik, Himpaudi mengadakan pelatihan “Beyond Center and Circle Times” (BCCT).
“Respons di daerah sangat mengharukan. Mereka sangat haus ilmu dan pembelajaran. Sungguh, percepatan pelayanan yang kita berikan harus kita jaga bersama untuk kualitas pendidik tutor di lapangan,” ujar Anna.

Pelatihan swadaya dan yang terakhir kami lakukan tanggal 5-6 Juli 2008 di PAUD terbuka Bina Insani. Pada kesempatan itu, para pengurus melakukan temu pimpinan daerah dengan inovasi kemasan kegiatan. “Bukan hanya sharing, caracter building, tetapi juga pemberian materi pendidik PAUD dari Jakarta,” ujarnya. Peserta juga memeroleh materi-materi tentang penanaman budi luhur oleh pembina Bina Insani. “Semua itu diupayakan untuk mengupas sentuhan hati kiprah dan tugas profesi pendidik PAUD,” imbuhnya.

Selain itu, Himpaudi berupaya keras melalui semua komponen untuk menjaga kesinambungan PAUD nonformal dan PAUD informal, antara lain para tutor, keluarga, ibu dan bapak pengasuh, serta anggota keluarga lainnya termasuk nenek, kakek, agar kesinambungan pendidikan dengan kemasan iman dan takwa tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga di rumah dan di lingkungan anak tersebut berada.

“Memang masih perlu adanya sosialisasi dan kesadaran semua pihak. Apalagi anak peniru ulung dan sangat membutuhkan rasa aman dan nyaman serta keteladanan dari sekitarnya,” ujar Anna.
Menjawab tentang dampak negatif bila lembaga PAUD tidak sesuai dengan yang disyaratkan, Anna mengatakan, akan terjadi dampak permanen, mengingat usia anak PAUD memiliki kecerdasan optimal yang dapat menyerap apa pun yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu, semua metode yang terangkum dalam BCCT menjadi semacam “obat generik”.

Panduan kegiatan PAUD ini disesuaikan dengan tumbuh kembang dan dikemas dalam suasana bermain sambil belajar. Tidak lagi dengan sistem klasikal. Pendekatan lingkaran dan sentra ini didesain untuk memenuhi identitas anak bermain, mampu melahirkan minat yang pada akhirnya menumbuhkan minat pada keaksaraan. Jadi bukan dengan cara calistung.
“Jadi, tuntutan orang tua yang merasa bangga dan menuntut anak usia dini mahir calistung bukan lagi cara pandang tepat. Selain belum waktunya, juga melanggar hak anak bermain. Efeknya, akan menimbulkan kejenuhan dini pada anak. Biasanya terlihat pada usia anak kelas 4 SD dan seterusnya,” tutur Anna.

Perihal syarat sebuah lembaga PAUD yang ideal, Anna menyebutkan niat sebagai landasan awal. Sementara pengelolanya bisa PAUD nonformal, TPA, kelompok bermain, SPS yang didirikan oleh organisasi kemasyarakatan dan berbadan hukum. Dapat pula oleh orsos dan organisasi wanita yang memiliki susunan pengurus, pendidik yang berlatar belakang yang disyaratkan, rencana tahunan, semester, bulanan, dan harian. (Eriyanti/”PR”)***

sumber: http://www.pikiran-rakyat.com

Mengenal Pendidikan Anak Usia DIni di Indonesia


Pengantar

Ditinjau dari sejarahnya, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia mulai diperhatikan oleh pemerintah secara sungguh-sungguh dan mencakup rentang usia 0-6 tahun sejak tahun 2002. Dengan demikian pengembangan PAUD yang mencakup rentang usia 0-6 tahun secara nasional baru berjalan selama 7 tahun. Namun karena pemahaman dan kemauan masyarakat selama ini sudah sangat bagus, sehingga hanya dalam kurun waktu 7 tahun Angka Partisipasi Kasar APK-PAUD sudah mencapai 15,3 juta (53,6%). Saat ini PAUD sudah menjadi “Gerakan Masyarakat Secara Nasional (National Public Movement) masyarakat sehari-hari sudah terbiasa membicarakan pentingnya PAUD bagi masa depan putra-putrinya.

Tantangan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia
Sampai saat ini masi ada beberapa masalah yang dapat menghambat perluasan kesempatan dan pemerataan akses mengikuti PAUD serta peningkatan mutu PAUD di Indonesia, namun semua itu kita anggap sebagai tantangan yang menarik sehingga untuk mengatasinya diperlukan kreatifivitas dan inovasi yang berkelanjutan.

Tantangan yang prioritas untuk diatasi antara lain :
  1. Jumlah anak yang belum mengikuti PAUD masih cukup besar.
  2. Sarana dan prasarana belajar secara kuantitatif maupun kualitatif masih terbatas, hal ini disebabkan oleh terbatasnya kreativitas guru PAUD untuk menciptakan dan mengembangkan metode pembelajaran dan sumber belajar dengan memanfaatkan potensi budaya dan alam sekitar.
  3. Kompetensi sebagian besar guru PAUD masih belum memadai karena sebagian besar dari mereka tidak berasal dari latar belakang pendidikan PAUD dan mereka belum memperoleh pelatihan yang berkaitan dengan komsep dan ilmu praktis tentang PAUD.
  4. Perbedaan Angka Partisipasi Kasar (APK) peserta PAUD di daerah perkotaan dan perdesaan masih sangat besar.

Capaian 2009 dan Target APK-PAUD Tahun 2014

Pada tahun 2004 tercatat bahwa jumlah APK-PAUD baru mencapai 12,7 juta (27%) dan tahun 2008 APK-PAUD telah mencapai 15,1 juta (50,6%) serta diharapkan pada tahun 2009 akan mencapai 15,3 juta (53,6%). Berdasarkan kondisi tersebut pemerintah telah menetapkan rencana 5 tahun ke depan APK-PAUD diharapkan mencapai 21,3 juta (72,6%). Secara bertahap harapan untuk mencapai jumlah APK-PAUD tersebut terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1
Target Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia Tahun 2010 – 2014

Target / Sasaran
Tahun Pencapaian Target
2010
2011
2012
2013
2014
Estimasi Jumlah Anak Usia 0-6 th
30,18 Juta
30,2 Juta
30,3 Juta
30,35 Juta
30,4 Juta
Target Sasaran PAUD (Formal & Nonformal)
17,4 Juta (57,8%)
18,7 Juta (61,8%)
19,9 Juta (65,7%)
21 Juta (69,3%)
22,1 Juta (72,6%)
Target PAUD Formal
5,8 Juta (19,3%)
5,85 Juta (19,37%)
5,9 Juta (19,5%)
5,95 Juta (19,6%)
6 Juta (19,7%)
Target PAUD Nonformal
11,6 Juta (38,5%)
12,85 Juta (42,43%)
14 Juta (46,2%)
15,05 Juta (49,7%)
16,1 Juta (52,9%)


Penyebaran Anak Didik PAUD

Dilihat dari penyebaran jumlah peserta PAUD di Indonesia secara kuantitatif nominal memang dipengaruhi oleh jumlah penduduk di setiap provinsi, artinya makin besar jumlah penduduk suatu provinsi semakin besar jumlah anak yang mengikuti PAUD. Namun apabila dilihat dari persentasenya, ternyata tidak demikian karena besarnya persentase peserta PAUD di suatu provinsi dipengaruhi oleh tingkat kesadaran tentang pentingnya PAUD masyarakat di provinsi tersebut. Penyebaran peserta PAUD secara nominal dan persentasenya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2
APK PAUD Per Provinsi Tahun 2008

No
Provinsi
Usia 0-6 Tahun
Siswa PAUD
APK PAUD
1
DKI Jakarta
1.164.583
496.470
42,63
2
Jawa Barat
5.187.613
2.023.072
39,00
3
Banten
1.369.724
431.118
31,47
4
Jawa tengah
3.417.369
2.120.069
62,04
5
DI Yogyakarta
356.917
321.357
90,04
6
Jawa timur
4.708.453
3.596.988
76,39
7
Nanggroe Aceh Darussalam
580.676
474.868
81,78
8
Sumatra Utara
1.724.233
474.247
27,50
9
Sumatra Barat
563.646
348.949
61,91
10
Riau
746.721
330.261
44,23
11
Kepulauan Riau
117.351
91.054
77,59
12
Jambi
619.101
317.792
51,33
13
Sumatra Selatan
751.389
356.892
47,50
14
Bangka Belitung
131.186
112.002
85,38
15
Bengkulu
217.499
115.550
53,13
16
Lampung
954.847
439.869
46,07
17
Kalimantan Barat
660.849
219.494
33,21
18
Kalimantan Tengah
243.691
143.190
58,76
19
Kalimantan Selatan
605.993
233.657
38,56
20
Kalimantan Timur
600.879
200.868
33,43
21
Sulawesi Utara
275.054
128.170
46,60
22
Gorontalo
174.836
103.841
59,39
23
Sulawesi Tengah
371.266
144.346
38,88
24
Sulawesi Selatan
1.095.025
494.996
45,20
25
Sulawesi Barat
233.583
102.770
44,00
26
Sulawesi Tenggara
333.223
214.802
64,46
27
Maluku
279.506
89.928
32,17
28
Maluku Utara
157.445
90.902
57,74
29
Bali
429.384
193.878
45,15
30
Nusa Tenggara Barat
564.741
321.079
56,85
31
Nusa Tenggara Timur
715.464
208.537
29,15
32
Papua
317.530
99.863
31,45
33
Papua Barat
178.053
68.803
38,64
Total
29.847.830
15.109.682
50,62

Dari Tabel tersebut Nampak bahwa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yang masing-masing jumlah penduduknya hanya 356.917 dan 580.676 (relative kecil) dibanding penduduk di provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat, ternyata persentase (%) anak usia dini yang mengikuti PAUD lebih besar yaitu 81,78% dan 90,04%.

Jenis PAUD di Indonesia

Dibanding dengang perkembangan model dan jenis PAUD di berbagai negara maju dan berkembang lainnya, PAUD di Indonesia memiliki keunikan khusus yang agak berbeda dengan di luar negeri. Karena di luar neger PAUD pada umumnya hanya dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu Kindergarden atau Play Group dan Day Care, sedang di Indonesia menjadi 4 (empat) macam yaitu :

  1. Taman Kanak-Kanak (Kindergarten)
  2. Kelompok Bermain (Play Group)
  3. Taman Penitipan Anak (Day Care)
  4. PAUD sejenis (Similar with Play Group)

Sistem Penyelenggaraan PAUD

Penyelenggaraan PAUD di negara lain semata-mata hanya menstimulasi kecerdasan anak secara komprehensif dan pengasuhan terhadap anak, karena aspek kecerdasan yang dikembangkan hanya meliputi kecerdasan intelektual, emosional, estetika, dan social serta pengasuhan. Sedang di Indonesia potensi kecerdasan tersebut diberikan juga pendidikan untuk mengembangkan potensi kecerdasan spiritual yang dilaksanakan melalui pendekatan olah pikir, olah rasa, dan olah raga. Di samping itu, juga diberikan pengetahuan dan pembinaan terhadap kondisi kesehatan dan gizi peserta didik. Oleh karena itu, penyelenggaraan PAUD di Indonesia disebut penyelenggaran PAUD secara “Holistik dan Integratif”


Untuk keterangan lebih lanjut, silahkan hubungi :
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
Depdiknas Gedung e Lantai 7, Jl. Jend. Sudirman, Senayan, Jakarta (10270)
email : paud@paud.depdiknas.go.id Alamat e-mail ini diproteksi dari spambot, silahkan aktifkan Javascript untuk melihatnya
Telepon : (021) 5725506, 5725495
Faksimili : (021) 57900244

Post Populer